BAB I
PENGERTIAN DAN SEJARAH TEKHNOLOGI ISLAM
1.1 SEJARAH TEKHNOLOGI ISLAM
Sejarah adalah peristiwa yang sudah terjadi, namun baru ditulis kemudian, jauh setelah kejadian sebenarnya berlalu. Sebagai cerita masa lalu sejarah mudah untuk dimanipulasi, dan disampaikan kepada generasi berikutnya yang hanya bisa menerima mentah-mentah informasi itu sebagai kebenaran.
Informasi mengenai penemuan-penemuan sains dan teknologi yang pernah kita terima kebanyakan berasal dari buku-buku pengetahuan Barat. Penemu-penemu yang disebut sebagai yang pertama di dunia itu pun dipuji sebagai orang yang berjasa kepada ilmu pengetahuan dan umat manusia.
1.2 Fakta-fakta sejarah tekhnologi islam
fakta sebenarnya yang terjadi, bahwa penemuan-penemuan sains dan teknologi itu sebagian besar berasal dari masa kejayaan Kekhalifahan Islam, oleh para sarjana Muslim. Semoga pengetahuan ini dapat disampaikan kepada anak-cucu kita dan menjadi penyadar bahwa kita sebenarnya mempunyai potensi yang sangat besar untuk menguasai kembali sains dan teknologi, dan tidak hanya menjadi pemakai atau korban teknologi.
Masa perkembangan kebudayaan Mesir Purba. Menghasilkan limas-limas (piramida) yang hebat, sistem pengairan yang baik dan sistem bintang yang cukup bagus. Namun ilmu bintang (astronomi) masih tercampur-aduk dengan ilmu perbintangan (astrologi). Ahli-ahli pengetahuan adalah pendeta-pendeta yang tidak mengenal batas antara logika, takhayul, dan kepercayaan, yaitu pemuja tritunggal Apis-Isis-Osiris.
Masa perkembangan kebudayaan India Purba. India dengan kecenderungan samadinya lebih terkungkung dalam metafisika, monisme (menunggalnya manusia dengan dewata), dan pantheisme (hadirnya dewata di dalam segala yang ada). Mewariskan pengetahuan Astadhyayi, tata bahasa Sanskrit oleh Panini (kurang lebih 400 tahun SM) adalah pembahasan ilmiah ilmu bahasa yang mendahului pembahasan oleh Aristoteles (384-322 M) dan bernilai jauh lebih tinggi.Merupakan masa perkembangan kebudayaan Tiongkok Purba. Dengan pengetahuan bercorak kudus (sacral, scared). Mereka berpikir bahwa segala pemberian berasal dari Thian dan bukan obyektif-empirik, hasil ikhtiar manusia secara sistematik. Cara berpikir manusia Tiongkok Purba pada umumnya masih berdasarkan firasat dan renungan, belum kritik-analitik.Berkembangnya kebudayaan Parsi Purba.
Penemuan jentera (roda gigi/gir) dalam pembuatan tembikar, dan kini mulai dari jam tangan yang terkecil hingga roket angkasa yang terbesar menggunakan jentera di dalam mesinnya.Sejak 500 tahun SM mulainya kebudayaan Yunani-Romawi. Dengan filsafat anthroposentrik (manusia berada pada pusat segala aktivitas) mereka di dalam banyak hal berlawanan dengan kecenderungan-kecenderungan niskala Mesir Purba, India Purba, Tiongkok Purba, dan Parsi Purba serta bersikap akliah (rational). Kecendrungan berpikir seolah-olah manusia berdiri di luar alam dan melihat alam sebagai suatu yang terpotong-potong, maka lahirlah pengertian jagat besar (makrokosmos) dan jagat kecil (mikrokosmos). Tidak ada batas antara filsafat dan pengetahuan.
Kelahiran Nabi Muhammad Saw pada tanggal 12 Rabiul Awal pada Tahun Gajah (bertepatan dengan 20 April 571). Disebut Tahun Gajah disebabkan pada tahun itu Raja Abrahah dari Yaman dengan 60 ribu pasukan bergajahnya ingin menghancurkan Kabah (Baitullah) di Makkah, namun digagalkan Allah Swt dengan serangan burung ababil yang melempari pasukan itu dengan batu berapi (QS.Al-Fiil). Muhammad Saw adalah Rasul terakhir utusan Allah Swt yang membawa risalah kenabian untuk seluruh umat manusia dan alam semesta.
Nabi Muhammad Saw menerima wahyu pertama, yakni Alquran surah Al-alaq ayat 1-5 yang diawali dengan kalimat “iqro” yang artinya bacalah. Kalimat ini menjadi awal ditemukannya metoda ilmiah, yakni metode empirik-induktif dan percobaan yang menjadi kunci pembuka rahasia-rahasia alam semesta yang menjadi perintis modernisasi Eropa dan Amerika.Guna penyebaran agama, dikembangkanlah gerakan yang bertujuan membuat “melek” huruf yang belum pernah ada bandingannya pada masa itu. Kepandaian baca tulis tidak lagi menjadi monopoli kaum cendikiawan. Ini adalah langkah pertama gerakan ilmu secara besar-besaran.
Konsep tentang karantina pertama kali diperkenalkan dalam abad ke-7 oleh Nabi Muhammad Saw, yang dengan bijaksana memperingatkan supaya hati-hati ketika memasuki atau meninggalkan suatu daerah yang terkena wabah penyakit. Sejak abad ke-10, dokter-dokter Islam berinovasi dengan mengisolasi individu-individu penderita penyakit dan mengasingkannya ke arah utara. Sedangkan konsep karantina yang dikembangkan di Venice, Italia pada tahun 1403 bukanlah yang pertama di dunia.
Para ilmuan yang mencoba mempelajari ilmuan-ilmuan seperti:
Ahli ilmu geografi Islam dan navigator-navigatornya mempelajari jarum magnet mungkin dari orang Cina, namun para navigator itulah yang pertama kali menggunakan jarum magnet di dalam pelayaran. Mereka menemukan kompas dan menguasai penggunaannya di dalam pelayaran menuju ke Barat. Navigator-navigator Eropa bergantung pada juru-juru mudi Muslim dan peralatannya ketika menjelajahi wilayah-wilayah yang tak dikenal. Gustav Le Bon mengakui bahwa jarum magnet dan kompas betul-betul ditemukan oleh Muslim dan orang Cina hanya berperan kecil. Alexander Neckam, seorang Inggris, seperti juga orang Cina, mungkin belajar tentang kompas dari pedagang-pedagang Muslim, namun dikatakan bahwa dialah seorang yang pertama kali menemukan tekhnologi pada jaman kuno.
Namun ada fakta sesungguhya yang di kembagkan oleh Ahli geografi Islam yang menghasilkan buku-buku yang tak terhitung tentang Afrika, Asia, India, Cina dan orang-orang Indian selama abad ke-8 hingga abad ke-15. Tulisan-tulisan itu mencakup ensiklopedi geografi pertama di dunia, almanak-almanak dan peta jalan. Karya-karya agung abad ke-14 oleh Ibnu Battutah menyediakan suatu pandangan yang terperinci mengenai geografi dunia di masa lampau. Ahli geografi Muslim dari abad ke-10 sampai abad ke-15 telah melampaui hasil dari orang-orang Eropa tentang geografi daerah-daerah ini dengan baik ketika memasuki abad ke-18. Para penjelajah Eropa menyebabkan kehancuran pada lembaga pendidikan, sarjana-sarjana dan buku-buku mereka. Mereka tidak memberikan makna apa pun pada perkembangan ilmu geografi untuk dunia Barat.
Khalifah Abu Ja’far Abdullah Al-Manshur mempekerjakan para penerjemah yang menerjemahkan buku-buku kedokteran, ilmu pasti, dan filsafat dari bahasa Yunani, Parsi dan Sanskrit, di antaranya terdapat Bakhtaisyu Kabir alias Bakhtaisyu ibnu Jurijs ibnu Bakhtaisyu, Al-Fadzj ibnu Naubakht dan anaknya Abu Sahl Tiamdz ibnu Al-Fadzl ibnu Naubakht, serta Abdullah ibnu Al-Muqaffa.
Berbagai bentuk jam mekanik dihasilkan oleh insinyur-insinyur Muslim Spanyol, ada yang besar dan kecil, dan pengetahuan ini kemudian sampai ke Eropa melalui terjemahan buku-buku mekanika Islam ke bahasa Latin. Jam-jam ini menggunakan sistem picu beban. Gambar desain dari beberapa bagian gir dan sistem kerjanya juga ada. Jam seperti itu dilengkapi dengan buangan air raksa, jenis yang kemudian secara langsung dijiplak oleh orang-orang Eropa selama abad ke-15. Sebagai tambahan, selama abad ke-9, Ibn Firnas dari Spanyol Islam, menurut Will Durant, menemukan sebuah alat yang mirip arloji sebagai penanda waktu yang akurat. Ilmuwan-ilmuwan Muslim juga membangun bermacam jam-jam astronomi yang sangat akurat untuk digunakan dalam observatorium-observatorium mereka.
1.3 Fakta-Fakta menurut ahli ilmu falak (ilmu bintang)
Islam membuat banyak perbaikan-perbaikan atas penemuan Ptolemius sejak abad ke-9. Mereka adalah ahli ilmu falak pertama yang memperdebatkan gagasan-gagasan kuno Ptolemius. Di dalam kritik mereka atas orang-orang Yunani, mereka manyatukan bukti bahwa matahari adalah pusat yang sangat ditentang oleh gereja pada masa itu,tapi pada waktu itu tidak ada satupun yang bisa menghalanginya karena itu memang keajaiban tuhan yang di berikan kepada umat manusia.
BAB II
PERKEMBANGAN TEKHNOLOGI ISLAM
2.1 Masa Depan Tekhnologi Islam
EVOLUSI sains dan teknologi Islam sampai bangkitnya revolusi saintifig di Barat, secara garis besar, bisa dibagi menjadi tiga tahapan. Pertama, periode transisi dan asimilasi yang membawa pada kelahiran sains Islam. Kedua, periode yang ditandai dengan banyaknya inovasi dibidang sains Islam. Ketiga, periode yang ditandai dengan inovasi dibidang teknologi dan sains sekaligus. Tahap terakhir ini dimulai sekitar abad ke-12 sampai abad 16 atau 17 M. Dalam hal pencapaian, yang disebut terakhir ini boleh dikata merupakan tahapan puncak dalam sejarah teknologi Islam. Tahap kejayaan. Dalam tahap ini banyak lahir leteratur (manuskrip) tentang teknologi tinggi, baik yang berbahasa Turki, Persia, Arab atau yang lain nya.
Akan tetapi, dalam riset-riset ilmiah tentang teknologi Islam, kecemerlangan tersebut rupanya banyak dilupakan atau bahkan sengaja diabaikan oleh para sejarawan sains dan teknologi. Mereka sebenarnya tahu dan sadar akan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai oleh para ilmuwan muslim dalam bidang matematika, astronomi, ilmu-ilmu eksakta atau yang lain. Akan tetapi, kebanyakan dari mereka tidak simpatik dalam memberikan penilaian dalam evolusi teknologi Islam. Padahal, kalau dicermati, teknologi ikut terlibat langsung dalam aspek material dari peradaban Islam; standar kehidupan, jenis-jenis produk yang digunakan, kemajuan dalam pertanian, komunikasi dan semua senjata yang digunakan dalam peperangan, semua tergantung kepada teknologi. Ketika seseorang berbicara mengenai kemegahan Taj Mahal, Baghdad, Kairo atau al-Hambra di Spanyol, mereka tidak hanya merujuk pada kehebatan artistik bangunan dan tata kota-kota tersebut tetapi juga tingkat pencapaian teknologi.
Adanya pelecehan atau bahkan penyangkalan terhadap aspek budaya dan teknologi Islam iniberakar dari berbagai sebab. Antara lain, yang terpenting, menurut Ahmad Y. Al-Hasan, teknologi Islam belum dikaji secara mendalam dan memadai. Kita masih belum tahu banyak tentang apa sebenarnya yang telah dicapai di masa itu. Masih banyak leteratur teknologi Islam yang berbahasa Arab atau bahasa lain yang belum diterjemahkan dalam bahasa-bahasa Eropa atau bahasa lain. Atau sudah diterjemahkan tetapi belum dipublikasikan disamping berlimpahnya informasi yang tersebar dalam karya-karya ensiklopedik dan buku-buku sejarah
Meluruskan adanya “penyelewengan” tersebut jelas merupakan usaha yang sangat bermanfaat, dan untuk keberhasilan tersebut dibutuhkan tidak hanya sejarawan-sejarawan yang mampu menguasai bahasa arab tetapi juga “familiar” terhadap kebudayan Islam secara umum. Maksudnya, mesti ada kejujuran dan “profesionalitas” dalam melakukan risetnya. Ini penting karena prasangka-prasangka pribadi bisa mempengaruhi penilaian seseorang terhadap suatu masalah yang dihadapi dan itu selalu muncul dalam setiap kajian terhadap perkembangan budaya lain. Pendukung suatu rumpun budaya akan selalu berkeras untuk mengklaim dirinya sebagai penemu yang paling penting. Jika tidak, minimal akan melemparkan keraguan terhadap kemajuan.
Kondisi yang tidak “familiar” dan “professional” seperti itu akan semakin menjadi runyam manakala bukti-bukti tertulis suatu kebudayaan tidak --bisa-- ditemukan. Padahal, sebagaimana bisa dimaklumi, sebagian besar penemuan --ilmuwan dahulu-- tidak pernah atau jarang terkait dengan kegiatan penulisan secara langsung. Sebaliknya, penemuan-penemuan tersebut lebih sering dan banyak disebarkan melalui para pengembara, peperangan atau perdagangan. Karena itu, penemuan dari sebuah negara bisa jadi malah berkembang atau dikembangkan oleh negara lain. Apa yang ditemukan ilmuwan Indonesia misalnya, bisa jadi justru malah bisa berkembang dan mencapai kemajuan pesat di Malaysia atau ditempat lain, sehingga hal ini bisa menimbulkan kebingungan.
2.2 Mundurnya tekhnologi islam
Menurut Amich Alhumami (2008), sejarah kemajuan bangsa-bangsa di dunia
merupakan sejarah tentang keunggulan sebuah peradaban yang unsur paling elementernya
adalah sains dan tekhnologi.
Pencapaian sains teknologi sangat tergantung pada daya dukung kelembagaan,
terutama perguruan tinggi dan lembaga riset yang berfungsi sebagai pusat keunggulan.
Perguruan tinggi dan lembaga riset merupakan bagian dari infrastruktur paling penting dalam
proses pengembangan sains teknologi di negara-negara maju di Eropa dan Amerika.
Kedua institusi tersebut menempati posisi strategis karena memiliki dampak sangat luas dan
berjangka panjang terhadap kemajuan bangsa. Bahkan, kemajuan ekonomi suatu negara
dalam banyak hal bergantung pada perguruan tinggi dan lembaga riset sebagai pelopor
pengembangan ilmu pengetahuan dan inovasi teknologi, yang memberi kontribusi pada
pertumbuhan ekonomi di negara bersangkutan. Menyadari aspek ini, sejak beberapa dekade
yang lalu, negara-negara Asia mencoba mengadaptasi tradisi pengembangan ilmu
pengetahuan di negara-negara Barat dengan cara memperkuat perguruan tinggi dan
lembaga-lembaga lainnya.
Disinilah pentingnya sains dan teknologi. Dari sains teknologi inilah, akan ada inovasi
teknologi
persenjataan dan modernisasi industri dan lembaga pendidikan menuju satu era global yang
sangat menantang dan kompetitif. Dalam konteks ini, dunia Islam mengalami awan hitam
yang gelap.
Di era modernisasi dan globalisasi sekarang ini, perang sesungguhnya bukanlah perang
militer,
perang yang sesungguhnya adalah perang teknologi, budaya, pendidikan, politik, dan
ekonomi.
Umat Islam harus secara masif dan eskalatif memajukan dan meningkatkan kualitas
pendidikan, teknologi, ekonomi, dan budayanya. Jangan sampai umat ini terbelenggu oleh
problem dikotomi umum dan agama yang sudah usang. Juga, jangan sampai umat ini tertipu
oleh terminologi fardlu ain (kewajiban personal) dan fardlu kifayah (kewajiban kolektif).
Karena menguasai sains teknologi, kedokteran, kedirgantaraan, otomotif, bahasa asing, dan
peradaban global adalah umum dan fardu kifayah, maka spirit mempelajari, mengkaji,
mengembangkan, dan meningkatkannya secara masif eskalatif sangat rendah. Akhirnya, umat
ini tidak maju. Malah terus di bawah ketiak Amerika dan sekutunya yang selalu menjadi tumba
keganasan dan ketamakannya.
Semoga agresi militer Israel ke Palestina ini menjadi momentum kebangkitan dunia Islam
untuk mengembangkan kekuatan sains teknologi yang berbasis research and development
yang dinamis, kompetitif, dan produktif. Karena, dengan itulah, kehormatan dunia Islam akan
tegak berdiri, tidak seenaknya dihina dan direndahkan.
Di tengah suram dan gelapnya potret umat Islam ini, Iran muncul sebagai kekuatan Islam
yang menunjukkan kepada dunia bahwa umat Islam tidak akan pernah menyerah terhadap
penjajahan Barat dalam segala aspek kehidupan. Umat Islam akan terus merumuskan
langkah ke depan, mempercepat proses konsolidasi, dan melakukan aksi maksimal dalam
memperjuangkan keadilan universal yang telah lama dirampas Barat. Barat tidak ingin disaingi
dalam hal apa pun. Karena itu, akan mengancam eksistensi dan dominasinya terhadap dunia
internasional. Namun, Iran tidak peduli dengan ancaman itu. Negara yang terkenal dengan
revolusi Islam 1979 dan tokoh kharismatiknya Ayatullah Khomeini yang menjungkirkan
kekuasaan Raja Pahlevi yang didukung penuh AS itu ingin membangkitkan semangat juang
umat Islam, membangunkan kesadaran dari tidur panjang umat ini, serta mengobarkan spirit
kejayaan, keemasan, dan kemenangan umat Islam. Iran ingin memberikan pelajaran kepada
negara-negara Islam bahwa kita punya kekuatan
dahsyat yang akan menandingi dan melampaui negara-negara maju jika mampu mengelola
danmengembangkannya secara progresif, produktif, dan kompetitif. Namun, jika umat ini
pasif,stagnan, dan tidak kreatif dinamis, masa depan akan semakin suram dan penjajahan
Barat tidak akan berkesudahan. Barat akan terus melakukan eksperimentasi, riset, dan
pengembangan bidang-bidang strategisnya, seperti persenjataan, ekonomi, teknologi, dan
pendidikannya, tanpa henti. Hal ini
tidak mungkin dikejar, kecuali umat ini bangkit mencurahkan semua kemampuan terbaiknya,
baik secara individu maupun kelompok, membangkitkan potensi besar yang selama ini
dilalaikan, dan menggapai prestasi eksponsional.
2.3 Faktor Penghambat Tekhnologi Islam
Sebagaimana stabilitas politik dan kemakmuran ekonomi telah mendorong lahirnya sains dan teknologi tinggi dalam Islam, maka kemandegan ekonomi dan instabilitas politik, ternyata juga menyebabkan lambatnya perkembangan sains dan teknologi Islam, ditambah dengan fanatisme agama yang berlebihan yang menyebabkan masyarakat menjadi terkotak-kotak dalam kelompok-kelompok yang tidak akur, walau fanatisme agama ini --menurut Donald R. Hill-- lebih merupakan gejala yang mencuat akibat kehancuran ekonomi dan politik.
Selama ini, kita selalu didoktrik bahwa sains dan teknologi Islam telah terhenti pada abad ke-11, dengan adanya serangan Mongol yang membumi-hanguskan Baghdad. Kebanyakan kita menerima pernyataan tersebut dengan tanpa syarat. Pernyataan tersebut, seperti pernah juga disampaikan Hill, sebetulnya tidak bisa diterima. Benar bahwa setelah serangan Mongol atas Baghdad, perkembangan sains dan teknologi Islam ada hambatan, tetapi tidak sampai terhenti. Sains dan teknologi Islam tetap mengalami kemajuan selama beberapa abad ke depan. Kita masih melihat besarnya teknologi dan peradaban Fathimiyah, Buyit, Savawiyah dan yang lain. Perkembangan sains dan teknologi Islam baru mengalami hambatan --serius-- yang kemudian menyebabkan terhenti setelah adanya ketergantungan ekonomi yang besar pada negara-negara Barat dan tidak adanya stabilitas politik pada masa khilafah Utsmaniyah Turki.
Seperti diketahui, pada awal kekuasaan Turki Utsmani, dengan ditemukannya rute ke Timur lewat Tanjung Harapan, para pedagang Eropa mulai membentuk hubungan dagang dengan Turki. Pada tahun 1553, Sultan Sulaiman I menyetujui perjanjian perdagangan bebas antara Inggris dengan Turki yang Inggris kemudian mendirikan Levian Company di Turki (mirip VOC pada masa awal penjajah Belanda di Indonesia). Dari fihak Turki sendiri, demi mengurangi kerepotan industri, mulai mengimport barang-barang dari Inggris maupun negara-negara Eropa lainnya, sehingga lambat laun perekonomian Turki menjadi tergantung kepada perekonomian Eropa. Pada awalnya tidak terasa adanya bahaya kejadian tersebut karena komoditas import hanya berkisar pada tekstil wol, logam dan kertas. Akan tetapi, masuk abad ke-19, dampak pengimporan barang-barang dari Eropa menjadi terasa. Apalagi ditambah keadaan yang semakin memburuk, yaitu adanya perpecahan dan upaya pemisahan diri dari negara-negara bagian. Karena itu, ketika terjadi revolusi industri di Eropa, perekonomian dan industri di negara-negara Islam menjadi tidak berdaya dan terugikan Sampai sekarang Untuk melihat masa depan sains dan teknologi Islam, kita mesti mengingat dan belajar dari sejarah. Sejarah peradaban manusia mengajarkan bahwa tidak ada kandungan teknis maupun dasar dari jenis sains apapun, bahkan teknologi manapun yang tidak dapat ditumbuh-kembangkan oleh sembarang masyarakat dari sembarang ragam budaya. Dengan kata lain, tidak ada jenis kelompok manusiapun di dunia ini yang memusuhi sains. Sebaliknya, hampir semua kelompok umat manusia sepanjang sejarah senantiasa ikut memberi kontribusi yang berarti bagi teknik-teknik dan ilmu pengetahuan yang mereka warisi, terutama umat Islam.
Selain itu, sejarah juga memberi pelajaran bahwa ilmu dan ilmuwan senantiasa tumbuh subur pada kelompok komunitas dan linguistik yang besar, bukan yang kecil. Juga tumbuh pada daerah yang makmur, bukan daerah yang tandus dan miskin. Sebab, perkembangan dan kejayaan ilmu pengetahuan dan teknologi pada hakekatnya tergantung pada infrastuktur yang disediakan dari kemakmuran tersebut.Masyarakat Islam, secara keseluruhan, kaya akan sumber daya alam dan manusia. Ini adalah hal yang sangat mendukung dan menguntungkan karena masa depan sains dan teknologi tergantung dari keberhasilan dalam memanfaatkan kombinasi kedua modal dasar ini. Akan tetapi, secara sendiri-sendiri, negara-negara Islam yang kaya minyak adalah negara kecil. Masing-masing tidak mampu menciptakan sains dan teknologi yang efektif secara mandiri atau sebuah ekonomi industri yang independen. Disisi lain, negara-negara Islam yang dikaruniai sumber daya manusia yang unggul rata-rata adalah negara yang kekurangan sumber daya alam yang mampu menjadi pendukung pengembangan sains dan teknologi.Karena itu, tanpa menafikan keberhasilan beberapa negara Islam dalam pengembangan sains dan teknologi mutakhir, masa depan sains dan teknologi Islam sangat tergantung pada perluasaan kerjasama ekonomi dan keterikatan serta kerukunan diantara negara-negara Islam dalam menjalin hubungan timbal baik yang menguntungkan dan saling mengisi kekurangan. Tanpa adanya kebulatan tekad dan kepemimpinan kooperatif yang baik diantara negara-negara Islam, yang kaya dengan yang miskin, sains dan teknologi Islam akan tetap dibawah bayang-bayang kekuasaan dan kekuatan Barat.maka kita sebagai mahasiswa marilah kita kembangkan tekhnologi-tekhnologi dengan berlandaskan islam.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fakta –Fakta yang sering terjadi dan sering kita lihat secara tidak langsung dan sering terjadi itu semua dan berasal dari masa kejayaan islam, maka dari itumarilah kita kembangkan tekhnologi islam yang berlandaskan islam yang sejati.
Dan jangan sampai tekhnologi di rebut oleh orang-orang yang non muslim dan jangan sampai masa depan tekhnologi islam menjadi kacau dan hancur gara-gara ulah manusia apalagi kita sebagai umat islam yang sejati.
DAFTAR PUSTAKA
1.Sumbangan Islam kepada Ilmu dan Peradaban Modern oleh S.I. Poeradisastra